Jelas, gadis tersebut salah karena bersama keluarganya mendiami tanah negara dan tak memiliki rasa empati sosial terkait biaya wisuda yang jutaan. Namun langkah KDM sebagai BAPAK AING tidaklah bijak menghiperbola kesalahan ANAK AING untuk jadi bahan persekusi dan sumpah serampah dari netizen yang berwatak barbar, tanpa iba belas kasihan.
Kesimpulannya, Dedi Mulyadi layaknya seorang Lionel Messi dalam kancah sepakbola. Mahir dan memiliki skill individu diatas rata-rata. Semua mengakuinya. Tapi sepakbola tidaklah cukup bermodal kemampuan perseorangan, butuh pula kolektivitas (mengendalikan ego pribadi), ketelatenan tangan dingin pelatih, dan tak boleh lupa, ada aturan main yang sudah disepakati untuk dipatuhi.
Seperti halnya penggunaan anggaran pemerintah yang wajib melalui proses pembahasan bersama DPRD atau Bupati/walikota yang memiliki tugas kewenangan lebih otonom dibandingkan dengan Gubernur.
Bisa jadi penonton akan berdecak kagum, memuji setinggi langit, dan teriak histeris saat KDM meliuk-liuk melewati banyak pemain lawan, lalu mencetak gol.