Faktor emosional juga berpengaruh. Otak manusia lebih mudah menyimpan hal-hal yang memiliki makna emosional seperti sesuatu yang membuat kita tertawa, takut, atau kagum. Karena itu, kita bisa dengan mudah mengingat lagu masa kecil atau kejadian lucu di sekolah, tetapi sulit mengingat isi buku teks yang terasa kaku dan membosankan.
Tak hanya itu, kelelahan mental, stres, kurang tidur, serta distraksi dari media sosial juga punya dampak besar. Ketika otak terus-menerus menerima rangsangan dari berbagai arah, kemampuan fokus dan memori jangka pendek menurun, sehingga proses penyimpanan informasi baru menjadi terganggu. Jadi, sering kali bukan materinya yang sulit, melainkan kondisi otak kita yang belum siap untuk belajar secara optimal.
Contoh Nyata di Kehidupan Sehari-hari
Coba bayangkan kembali saat kamu berada di bangku sekolah. Pernahkah kamu merasa jenuh ketika guru menjelaskan teori panjang tanpa bantuan gambar atau aktivitas interaktif? Ketika suara guru terdengar monoton dan papan tulis dipenuhi tulisan, fokus pun perlahan menurun. Namun, saat kelas diajak menonton video dokumenter, berdiskusi kelompok, atau mengikuti kuis, suasana belajar tiba-tiba menjadi lebih hidup dan waktu terasa berlalu cepat. Hal ini terjadi karena otak menyukai variasi. Ketika mendapatkan hal baru, otak melepaskan dopamin zat kimia yang menimbulkan rasa senang, penasaran, dan termotivasi.








