Antara Guyub dan Keuletan HUT Paguyuban Seni Mustika Candrasari

486

Ket. HUT Paguyuban Seni Mustika Candrasari ke- 7 Tahun

Karawang, suratberita.id – Peristiwa budaya tak mengenal tempat, ruang dan waktu, ia terus menggelinding sejalan nafas jaman, tak terkecuali di sebuah dusun di salah satu desa dimana seni tradisi diusung kuat dalam bahasa kontemporer, sedang budaya urban mulai mendominasi kisi-kisi kehidupan dan nyaris mencengkeram tradisi.

Genap 7 tahun usia Paguyuban Seni Mustika Candrasari, satu-satunya sanggar seni tradisi di desa Wadas RT 02/RW 02 dusun Candrasari, Telukjambe Timur kabupaten Karawang.

Foto HUT Paguyuban Seni Mustika Candrasari ke- 7 tahun

Dalam HUT-nya kali ini Paguyuban Seni Mustika Candrasari menggelar beberapa pementasan seni, diantaranya Kirab Budaya, Pembagian Doorprize dengan berbagai hadiah menarik, pagelaran Odong-odong, dimulai pukul 09:00 – 17:00 WIB, sabtu (24/09/2022).

Acara berlanjut jam 19:30, pentas Seni Topeng “Daya Asmara” grup pimpinan bapak Agus Saban anak dari almarhum bapak Ali Saban (partner bi Ijem).

Acara bergulir ke minggu (25/09/2022), jam 09:00 WIB Kaulinan Budak Lembur. Makan betsama (Papahare).

Jelang sore, 15:00 WIB Santunan Anak Yatim-Piatu pada 40 orang anak.

Kang Nanang selaku ‘kukulu’ paguyuban seni Mustika Candrasari, telah bersusahpayah bersama kawan-kawannya merintis sanggarnya ini sejak 2015.

Instrumen seni yang dikelola yakni Rampak Tari Jaipong, Pencak Silat, Pencugan, Debus, Calung, Bodoran, Drama, Upacara Adat – termasuk Ki Lengser. Kaulinan Budak Baheula. Rata-rata melibatkan anak usia 7 – 13 tahun. Selain Odong-odong dan Bodoran serta Debus rata-rata oleh usia remaja dan dewasa.

“Ini sebagai upaya melestarikan budaya leluhur,” Ujar Nanang, pimpinan Paguyuban.

“Nuansa Sunda harus ‘dimumule’, dilestarikan, jangan sampai kebarat-baratan.” Tambah bapak Kadus 2.

Acara ini juga tak lepas dari dukungan E-Troopers action oleh yayasan Erick Thohir – Social Healing Event, sebuah gerbong yang fokus pada ranah sosial (penyelenggaraan even dan fasilitas umum – pembuatan pos ronda, sarana olahraga, tempat bermain, dll).

Ditengarai Arif selaku koordinator Social Healing Event “Membangkitkan kembali rasa gotong royong di kalangan warga,” ujarnya.

Dan tentu saja kerja budaya butuh keterlibatan banyak pihak, berbagai disiplin ilmu juga finansial. (JB)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here